Themes

Myspace Glitter Text - http://www.glittergraphictext.com

Sunday 10 February 2008

Warta Sepekan - 10 Februari

Ibadah Yang Sejati
Pdt. Abraham Alex Tanuseputra


Saudara, apabila kita membaca dalam Kitab Mazmur 50, maka kita akan temukan sebuah judul daripada perikopnya yaitu ”Ibadah Yang Sejati”. Dan inilah yang akan menjadi pokok pembahasan kita kali ini dimana kita akan belajar untuk memahami mengenai ibadah yang sejati untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Ibadah yang sejati bukanlah sekedar kita beribadah tiap minggu dengan rajin. Memang hal itu tidak salah, tetapi yang terutama adalah bagaimana kita dapat menunjukkan bahwa Yesus hidup dalam kehidupan kita melalui tingkah laku dan gaya hidup kita. Dan apabila kita telaah lebih dalam lagi, maka kita akan temukan suatu dampak yang luar biasa di dalam ibadah yang sejati; diantaranya adalah adanya suatu jaminan, baik itu perlindungan, ketentraman, kedamaian dan berkat yang mengalir sampai pada anak cucu, seperti yang tertulis dalam Mazmur 89:21-30. Apa yang dijanjikan oleh Tuhan ini sungguh luar biasa, bahkan janji ini disampaikan kepada Abraham dengan sumpah, dan janji ini berlaku selama Abraham dan keturunannya dapat memahami mengenai ibadah yang benar serta menjadi gaya hidupnya.
Mengenai ibadah yang sejati ini, kita akan belajar dari kehidupan Daud. Dan sebelum kita meneliti lebih jauh lagi mengenai kisah Daud saat memindahkan Tabut Perjanjian yang berkaitan dengan ibadah yang sejati, maka terlebih dahulu kita harus mengetahui sejarah mengenai Tabut Perjanjian pada jaman Musa. Dimana Allah telah memerintahkan untuk membuat Tabernakel. Dan Tabut Perjanjian itu harus diletakkan di ruang maha suci. Selain itu, yang bisa masuk ke ruang maha suci dan mendekat pada Tabut itu adalah orang Lewi; sebab hanya orang Lewi yang dipanggil dan dipilih oleh Tuhan untuk dapat mendekat pada Tabut itu. Dan di Tabut Perjanjian itulah Tuhan hadir. Jadi, perlakuan terhadap Tabut Perjanjian ini tidak boleh sembarangan. Tetapi kalau kita melihat kisah tentang Daud saat mengangkut Tabut Perjanjian, maka kita akan menemukan keteledoran daripada Daud saat memperlakukan Tabut Perjanjian. Dimana Tabut Perjanjian yang seharusnya dipikul, dan yang memikul hanyalah orang Lewi dengan menggunakan baju Efod, tetapi saat itu Tabut Perjanjian diangkut dengan kereta dan yang membawa bukanlah orang Lewi. Selain itu, pada waktu mengangkut Tabut itu, Daud tidak memakai pakaian seorang imam, tetapi pakaian perang. Dan juga saat membawa Tabut Perjanjian tidak ada korban yang dipersembahkan untuk Tuhan.
Dan tatkala Daud membawa Tabut itu, ia mengajak tiga puluh ribu orang pilihan belum termasuk rakyatnya. Jadi kira-kira jumlah seluruhnya, termasuk rakyatnya adalah tujuh puluh ribu orang (II Samuel 6:1-2). Memang, Daud mempunyai maksud yang baik yaitu ia rindu membawa orang pilihan dan rakyatnya untuk dapat bergaul dengan Tuhan, dengan anggapan bahwa hal itu merupakan puncak kesuksesan. Demikian halnya yang terjadi pada akhir-akhir ini, dimana orang beranggapan bahwa kehadiran Tuhan dan suksesnya sebuah ibadah dilihat dari banyaknya jemaat yang beribadah atau meriahnya suasana ibadah, padahal tidak demikian. Kehadiran Allah itu akan nyata ditengah-tengah kita apabila kita menghormati akan keberadaan Allah. Akibat keteledoran raja Daud, maka menyebabkan Allah murka terhadap Uza yang berusaha menahan Tabut itu supaya tidak jatuh karena lembu yang menarik kereta terpelecok, dan akhirnya Uza mati. Setelah Uza mati, maka Daud menjadi kecewa karena Tuhan telah menyambar Uza demikian hebatnya; maka tempat itu disebut orang Peres-Uza sampai sekarang. Pada waktu itu Daud menjadi takut kepada TUHAN, lalu katanya: "Bagaimana tabut TUHAN itu dapat sampai kepadaku?" (II Samuel 6:3-5). Setelah peristiwa itu, maka Daud menjadi takut dan tidak membawa Tabut itu ke Yerusalem melainkan ia membawa ke rumah Obed Edom orang Gat. Setelah Tabut itu ditaruh di rumah Obed Edom selama tiga bulan, maka selama itulah Obed Edom beserta seisi rumahnya diberkati oleh Tuhan (II Samuel 6:11). Mungkin timbul pertanyaan : “mengapa Obed Edom diberkati ketika Tabut itu ada di rumahnya dan siapakah Obed Edom itu?” Hal yang pertama untuk diketahui yaitu bahwa Obed Edom adalah orang Lewi (orang yang telah ditetapkan oleh Tuhan untuk dapat mendekat dengan Tabut Tuhan) (I Tawarikh 15:17-18), dan yang kedua adalah Obed Edom tahu cara memperlakukan Tabut Tuhan (Kehadiran Tuhan). Obed Edom senantiasa memberi korban persembahan bagi Tuhan dan saat ia memberi persembahan ia menggunakan baju Efod (jubah seorang imam). Ketika peristiwa ini sedang berlangsung maka diberitahukanlah kepada raja Daud, demikian: "TUHAN memberkati seisi rumah Obed-Edom dan segala yang ada padanya oleh karena tabut Allah itu." Lalu Daud pergi mengangkut tabut Allah itu dari rumah Obed-Edom ke kota Daud dengan sukacita (II Samuel 6:12). Dan ketika Daud membawa Tabut itu, ia belajar dan melakukan seperti yang Obed Edom lakukan. Inilah yang dilakukan oleh Daud yaitu ketika pengangkat-pengangkat tabut TUHAN itu melangkah maju enam langkah, maka ia mengorbankan seekor lembu dan seekor anak lembu gemukan. Dan Daud menari-nari di hadapan TUHAN dengan sekuat tenaga; ia berbaju efod dari kain lenan (II Samuel 6:13-14). Akhir dari kisah ini adalah Daud dan seluruh rakyatnya diberkati Tuhan secara luar biasa, seperti yang tertulis dalam II Samuel 6:18 : “Setelah Daud selesai mempersembahkan korban bakaran dan korban keselamatan, diberkatinyalah bangsa itu demi nama TUHAN semesta alam.”
Saudara, setelah kita membaca pembahasan di atas, mungkin timbul pertanyaan : “apakah kisah daripada Daud ini masih relevan dengan jaman sekarang ?Bukankah yang berhak mendekat hadirat Allah adalah orang Lewi, sedangkan kita tidak ?” Memang peristiwa ini terjadi pada jaman Hukum Taurat, tetapi perlu kita ingat bahwa oleh korban Kristus maka kita mendapat kemurahan untuk dapat masuk ke dalam tempat yang kudus dimana Allah berada, seperti yang tertulis dalam Ibrani 10:19-23 “Jadi, saudara-saudara, oleh darah Yesus kita sekarang penuh keberanian dapat masuk ke dalam tempat kudus, karena Ia telah membuka jalan yang baru dan yang hidup bagi kita melalui tabir, yaitu diri-Nya sendiri, dan kita mempunyai seorang Imam Besar sebagai kepala Rumah Allah. Karena itu marilah kita menghadap Allah dengan hati yang tulus ikhlas dan keyakinan iman yang teguh, oleh karena hati kita telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat dan tubuh kita telah dibasuh dengan air yang murni. Marilah kita teguh berpegang pada pengakuan tentang pengharapan kita, sebab Ia, yang menjanjikannya, setia.”. Selain kita dapat masuk dalam hadiratNya, kita juga mendapatkan predikat sebagai seorang imam dan raja walaupun yang dahulunya kita bukan umat Allah dan tidak berhak mendapat kemurahan dari Tuhan (I Petrus 2:9-10).
Oleh sebab itu, kita yang sudah dipanggil dan dipilih oleh Tuhan, marilah kita senantiasa mengenakan jubah Efod (jubah kekudusan) dalam hidup kita dan senantiasa memberikan korban syukur sebagai tanda penghormatan kita terhadap kehadiran Tuhan dalam hidup kita, karena ini merupakan ibadah yang sejati. Dan kita tahu bahwa alamat Tuhan ada dalam diri kita, maka jangan sekali-kali mencemari tubuh ini dengan berbagai macam dosa dan kenajisan, supaya bukan murka Tuhan yang datang tetapi berkatNya yang melimpah. Amin

No comments: